Gagal Diantara Anggota Keluarga Yang Sukses
Sebelum kami bangun sarapan pagi, aku dan lakiku Alexander golek-golekan dengan malas ditempat tidur sambil melihat laut yg biru didepan jendela kamar tidur kami. Tampak burung2 seagull yang terbang berseliweran sambil berteriak2 parau disela waktu malas2n kami. "Bang, kalau ada senapan angin seperti di Medan, sudah aku tembak semua burung jelek tukang teriak2 ini," kataku jengkel.
Kami berdua ngobrol ngalor ngidul dari A ke Z dan kembali lagi ke A. Ada satu cerita lakiku yg sangat menarik untuk kutulis. "Ada staffku yang baru namanya Luke yang aku hormati karena dia jujur dgn dirinya sendiri," buka Alexander. "Bikin apa rupanya dia, bang?" tanyaku ingin tahu. "Kemarin Luke bercerita ke aku bahwa dia sedih telah menyakiti kedua hati opungnya. Orangtua Luke sdh bercerai lama. Dia hidup serumah dgn kedua opungnya yang sangat sayang kepadanya. Luke tidak tinggal serumah dgn kedua orangtuanya yg telah menikah dgn pasangan masing2. Luke juga tdk dekat dgn kakak perempuanya yang tinggal di Bath." Aku mendengarkan. "Emang Luke tinggal dimana, bang?" tanyaku. "Di Lewes, kampung yg kita kunjungi kemarin, kau sampai tergila2 karena kau suka disana." jawab Alexander.
"Luke bilang dia sangat sedih karena tidak bekerja selama ini. Hanya main skater, mabuk dan tdk menyelesaikan A LEVEL-nya. Dia sedih karena dia merasa telah menyakiti perasaan opungnya. Rasa gagal itu yang ingin dibayarnya." kata Alexander "Keluarga2 dekat Luke itu orang2 yg berhasil di dunia bisnis. Opung laki2nya sampai skrg msh bekerja dan punya bisnis kontraktor. Bapaknya jg pny bisnis kontraktor. Sedangkan ibunya baru membuka usaha Pub di Bath, bersama2 dengan kakak perempuanya," Aku diam menyimak. "Untuk membayar rasa bersalahnya, Luke bekerja serabutan, apa saja, yg penting bs bekerja. Sampai dia bekerja dengan kita," lanjut Alexander.
"Aku bilang sama Luke, yg baru berusia 19 tahun, bahwa masih banyak waktu dan tahun2 yg panjang didepannya untuk berhasil. Sekarang ini dia sudah lulus & dpt ijazah NVQ yg disejajarkan dengan A LEVEL sambil bekerja. Luke itu bagus sekali. Opungnya sampai bangga. Dia bilang begitu sama aku." Aku menikmati cerita Alexander.
Aku jd ingat kota Lewes yang kecil dan cantik, dimana hanya 2 supermarket besar disana; Tesco & Waitrose, pabrik bir lokal HARVEYS, dan beberapa kafe sebagai tempat untuk bekerja. Anak-anak muda seperti Luke, yg tdk lulus A LEVEL, akan mengalami kesulitan untuk diterima bekerja .
"Luke yang bermata biru, pirang, bertato dan berpenampilan skater sampai merasa bersalah besar kpd opungnya, jd BERUBAH. Aku angkat jempol," kata Alexander. "Semangat2 spt itu yang selalu aku kagumi dari siapa saja yang aku temui dalam hidup ini."
"Aku saja bilang sama Luke bahwa aku baru tahu apa yg aku mau kerjakan pd saat aku berusia 30 tahun. Mungkin banyak orang yg sudah tahu sejak kecil apa yg mau dia lakukan dan pokus kesana mengejarnya sampai berhasil. Tapi hidup kita juga jadi berwarna dengan ketidaktahuan kita ttg apa yg akan kita maui sampai usia dewasa. Sehingga kita punya berbagai pengalaman hidup yg akhirnya memperkaya hidup kita selanjutnya," kata Alexander sambil mengajak aku bangun untuk sarapan pancake buatan boru kami.
Hove, 4 Juli 2009
Grace Siregar
Kami berdua ngobrol ngalor ngidul dari A ke Z dan kembali lagi ke A. Ada satu cerita lakiku yg sangat menarik untuk kutulis. "Ada staffku yang baru namanya Luke yang aku hormati karena dia jujur dgn dirinya sendiri," buka Alexander. "Bikin apa rupanya dia, bang?" tanyaku ingin tahu. "Kemarin Luke bercerita ke aku bahwa dia sedih telah menyakiti kedua hati opungnya. Orangtua Luke sdh bercerai lama. Dia hidup serumah dgn kedua opungnya yang sangat sayang kepadanya. Luke tidak tinggal serumah dgn kedua orangtuanya yg telah menikah dgn pasangan masing2. Luke juga tdk dekat dgn kakak perempuanya yang tinggal di Bath." Aku mendengarkan. "Emang Luke tinggal dimana, bang?" tanyaku. "Di Lewes, kampung yg kita kunjungi kemarin, kau sampai tergila2 karena kau suka disana." jawab Alexander.
"Luke bilang dia sangat sedih karena tidak bekerja selama ini. Hanya main skater, mabuk dan tdk menyelesaikan A LEVEL-nya. Dia sedih karena dia merasa telah menyakiti perasaan opungnya. Rasa gagal itu yang ingin dibayarnya." kata Alexander "Keluarga2 dekat Luke itu orang2 yg berhasil di dunia bisnis. Opung laki2nya sampai skrg msh bekerja dan punya bisnis kontraktor. Bapaknya jg pny bisnis kontraktor. Sedangkan ibunya baru membuka usaha Pub di Bath, bersama2 dengan kakak perempuanya," Aku diam menyimak. "Untuk membayar rasa bersalahnya, Luke bekerja serabutan, apa saja, yg penting bs bekerja. Sampai dia bekerja dengan kita," lanjut Alexander.
"Aku bilang sama Luke, yg baru berusia 19 tahun, bahwa masih banyak waktu dan tahun2 yg panjang didepannya untuk berhasil. Sekarang ini dia sudah lulus & dpt ijazah NVQ yg disejajarkan dengan A LEVEL sambil bekerja. Luke itu bagus sekali. Opungnya sampai bangga. Dia bilang begitu sama aku." Aku menikmati cerita Alexander.
Aku jd ingat kota Lewes yang kecil dan cantik, dimana hanya 2 supermarket besar disana; Tesco & Waitrose, pabrik bir lokal HARVEYS, dan beberapa kafe sebagai tempat untuk bekerja. Anak-anak muda seperti Luke, yg tdk lulus A LEVEL, akan mengalami kesulitan untuk diterima bekerja .
"Luke yang bermata biru, pirang, bertato dan berpenampilan skater sampai merasa bersalah besar kpd opungnya, jd BERUBAH. Aku angkat jempol," kata Alexander. "Semangat2 spt itu yang selalu aku kagumi dari siapa saja yang aku temui dalam hidup ini."
"Aku saja bilang sama Luke bahwa aku baru tahu apa yg aku mau kerjakan pd saat aku berusia 30 tahun. Mungkin banyak orang yg sudah tahu sejak kecil apa yg mau dia lakukan dan pokus kesana mengejarnya sampai berhasil. Tapi hidup kita juga jadi berwarna dengan ketidaktahuan kita ttg apa yg akan kita maui sampai usia dewasa. Sehingga kita punya berbagai pengalaman hidup yg akhirnya memperkaya hidup kita selanjutnya," kata Alexander sambil mengajak aku bangun untuk sarapan pancake buatan boru kami.
Hove, 4 Juli 2009
Grace Siregar
0 Comments:
Post a Comment
<< Home