Thursday, January 13, 2011

Masuk Penjara

Kemarin udara sangat cerah sekali. Aku melihat birunya laut menggodaku untuk berjalan kaki kesana. Aku langsung menelpon teman baru kami, Kat, yang baru pindah dari London. "Kat, yuk piknik ke pantai ntar sore?" ajakku bersemangat tanpa menanyakan kabarnya duluan. Kat mengiyakan ajakanku. Kami berjanji akan berjumpa pada pukul 16.00 di tempat bermain anak-anak, Hove Lagoon.

Aku pergi menjemput Rachel ke sekolah lebih awal. Aku membawa tas piknikku yg aku isi dengan alas duduk dari wool, setermos teh English Breakfast, sekotak biskuit dan sekilo Apel merah renyah. Cukuplah untuk menganjal perut selama kami berpiknik ria.

Aku melihat Rachel sudah keluar dari kelasnya dan sedang bermain kejar-kejaran dengan salah satu temannya. Kami langsung berjalan kaki menujuh pantai Hove. Rachel senang sekali sewaktu kubilang kami akan piknik dengan Kat dan kedua anak kembarnya yang lucu, Sam & Olivia. Kami semua menikmati piknik dadakan ini. Kami saling bercerita tentang apa-apa saja yang telah kami alami selama 2 minggu tidak berjumpa; termasuk bergosip tentang restoran vegan yg akan dibuka beberapa hari lagi oleh mantan istri Paul McCartney, Heather Mills, yang berdekatan dengan Hove Lagoon. "Aku yakin restoran ini tidak akan bertahan lama," kataku ke Kat. Kat mengiyakan dengan alasan bahwa para orangtua yg membawa anak-anak mereka bermain kesini lebih tertarik untuk membeli jajanan-jajanan lokal seperti Kentang dan Ikan goreng ala Inggris, biskuit, atau minuman-minuman ringan seperti coca cola, juice, dll. Bukan makanan non-daging-dagingan yg kemungkinan besar harganya akan mahal sekali.

Rachel menikmati bermain bersama-sama dengan Sam dan Olivia di kolam renang Paddling Pool seukuran dengkul dalamnya. Setelah dua jam lebih menikmati cuaca cerah ini, akhirnya kami pulang ke rumah. "Yuk nakku, bentar lagi bapak pulang." kataku sambil menunggu Rachel berganti baju di Kamar Mandi disamping Paddling Pool itu.

Makan malam kali ini, aku sengaja memasak makanan spesial Batak yaitu Saksang daging babi dimana bumbu-bumbu segarnya seperti Lengkuas, Jahe, Serai, Andaliman dan bumbu-bumbu lainnya aku belikan di toko Uni Thai yang berdekatan dengan rumah kami. Alexander & Rachel senang sekali. Mereka berdua menyiapkan peralatan makan bersama-sama. Setelah mengucap doa syukur, tiba-tiba Rachel menanyakan tentang PENJARA kepada bapaknya. Kami berdua terkejut! Biasanya obrolan makan bersama kami berkisar kegiatan kami masing-masing selama satu hari ini. "Kenapa rupanya, nang? Kok tentang penjara?" tanya Alexander ingin tahu. Akupun memasang kedua kupingku dgn serius takut kehilangan informasi penting dari mulut anak kami ini.

"Tadi ada teman sekelas kami, si Chloe D, nangis, pak. Kami terkejut. Kok tiba-tiba dia nangis didalam kelas pas waktu keluar main," jelas Rachel. Aku menanyakan apakah aku kenal dengan Chloe teman yang dimaksudkannya tadi. "Bapak dan mamak tidak kenal dia. Bukan Chloe yang main kerumah kita tempo hari, maak." kata Rachel menjelaskan. "Pas kami tanyakan kenapa dia nangis, si Chloe bilang bapaknya masuk penjara," kata Rachel sambil melihat kemuka kami berdua. "Trus, kalian bagaimana dengan Chloe?" tanya Alexander. "Aku diam saja, pak. Aku nggak ngerti mau bilang apa ke Chloe." Rachel bilang ada beberapa teman-teman mereka yg tidak mau bermain dengan Chloe setelah mendengar pengakuan Chloe tentang bapaknya.

"Inaaaang, bapak mau kau tetap berteman baik dengan Chloe. Kalau bapak Chloe masuk penjara itu bukan karena salah Chloe." ungkap Alexander dgn serius. "Bapak bisa bayangkan bagaimana perasaan Chloe, pasti sedih sekali." kata Alexander sambil melihat ke muka Rachel. Aku mengangguk tanda setuju. "Mungkin saja bapaknya si Chloe itu orang yang baik, hanya saja saat itu dia berbuat bodoh." kata Alexander dengan tenang. Kami bertiga menyantap makanan kami dengan diam. "Tapi pak, bapaknya si Chloe diijinkan keluar masuk penjara beberapa kali untuk lihat Cloe," kata Rachel lagi. "Berarti hukuman bapaknya tidak berat kalau ada waktu-waktu tertentu dia bisa keluar penjara," kataku menimpalinya.

"Satu permintaan bapak dan mamak ke kau, naang. Kalau kau berantam dengan si Chloe, jangan pernah kau pakai bapaknya yg dipenjara untuk membalas si Chloe. Kalau kau berantam dengannya, kau bilang saja apa alasan yg menyebabkan kau tidak suka dengannya. Jangan sekali-kali kau pakai soal bapaknya untuk memojokkan si Chloe. Bisa?" Aku melihat Rachel mengganggukkan kepalanya tanda dia setuju. "Selain jahat sekali, juga bukan urusan kita untuk menghakimi si Chloe," kataku menambahkan.

Kami bertiga menghabiskan makan malam kami. Pada saat Rachel mencuci piring, aku melihat muka si Rachel sedang berpikir tentang temannya si Chloe. Percakapan serius tadi bukan saja mengajarkan si Rachel untuk tetap berteman baik dengan Si Chloe; apapun kondisi yang temannya sedang hadapi. Percakapan tadi juga membuka pikiran kami untuk belajar bersikap dewasa tentang segala hal, yang kita alami dalam bersinggungan dengan kehidupan kita masing-masing, dengan lingkungan kita, pertemanan kita, sekarang dan dimasa-masa yang akan datang.

Hove, 25 Juni 2009

Grace Siregar

0 Comments:

Post a Comment

<< Home