Menyesal
Tadi sore, saat ingin menjemput Rachel ke sekolahnya, tiba2 hujan rintik-rintik ala Inggris turun disertai tiupan angin yg agak kencang dari laut. Aku memakai mantel hujan biruku yg berpenutup kepala dan membawa serta mantel hujan Rachel. Sampai disekolah aku melihat Rachel sdg berbicara dgn teman sekelasnya Georgia. Setelah menyapa Georgia, kami pun berjalan kaki pulang.
Rachel bercerita bahwa dalam dua hari ini kelasnya dikunjungi oleh dua penulis cerita anak2 Inggris, yaitu; Cathy Watson yg menulis SANDIES IN THE BEACH HUTS dan Gwyneth Rees yg menulis THE MUM HUNT. Rachel bercerita panjang lebar ttg apa-apa saja yang menginspirasi kedua penulis buku tersebut. Aku pun senang mendengarnya. Sangkin kagumnya, Rachel meminta tandatangan kedua penulis itu. "Maak, nanti setelah makan malam aku mau ke perpustakaan untuk meminjam semua buku2 mereka, ya maak?" pinta Rachel. Aku bilang besok saja setelah pulang dari sekolah. Rachel setujuh. Rachel sudah menjadi anggota perpustakaan Hove yg hny berjarak 2 rumah dari apartemen kami.
Ceritapun berlanjut. Tadi siang dia minta tolong agar staf administrasi bs menelpon ke kantor bapaknya. Rachel ingin berbicara serius ttg sesuatu. Sadar bahwa bapaknya pergi rapat ke London, Rachel pun minta ijin untuk bisa menelpon ke hpnya. Aku menyimak jalan cerita Rachel. Biasanya dlm hal urusan sekolah aku selalu dilibatkan. Kali ini tidak. "Maak, tadi ada kegiatan tukar2n buku di sekolah kami. Jadi aku telpon bapak untuk tanya bisa nggak aku ikut. Dan bapak bilang boleh, mak," ungkap anakku senang. Aku tanya buku-buku apa saja dari koleksinya yg dia ikut tukarkan disekolah tadi. "Aku tukarkan bukuku MOOMINSUMMER MADNESS & MOOMINMIDWINTER Tove Jansen, mak," katanya melihat kearahku. Aku bisa melihat ada gerakan gelisah dari matanya, takut aku tdk setujuh dgn pilihannya. "Yaa Tuhaaan, mudah2n Rachel tukarkan buku yg sekualitas buku punyanya," doaku dalam hati. Aku khawatir.
Kami sampai dirumah, terkejut, ternyata Alexander, sudah sampai duluan dirumah. "Hallloooo," sapa Alexander dari ruang tamu. "Sudah pulang rupanya kau, bang," kataku senang. Rachel pun senang melihat bapaknya sudah di rumah. Ternyata rapatnya di London selesai jam duaan, pulang dgn kereta api ke Hove hny memakan waktu 60 menit sj. Rachel langsung membuka tasnya dan menunjukkan ketiga buku yg dia tukarkan tadi ke bapaknya. Aku melihat sebersit rasa kaget di wajah Alexander pada saat melihat buku2 itu, hanya dia menutupi untuk tdk mengecewakan perasaan Rachel yg gembira dgn pilihannya.
Sewaktu Rachel ganti baju seragam di kamarnya, Alexander berbicara ttg betapa kecewa perasaannya melihat kualitas pilihan buku2 Rachel tadi. "Aku tidak mau dia sedih kalau aku bilang bhw kualitas buku2 yg dia ambil tidak sebanding dgn kualitas buku2 miliknya," ungkapnya. "Buku-buku apa saja rupanya yg dia ambil, bang ?" tanyaku. "Ituuu, buku2 princess2n dan buku High School Musical, tdk bermutu sama sekali . Dalam 6 bulan sdh dilupakan orang. Sedangkan buku-buku dia adalah buku cerita anak-anak klasik, yang khusus aku pesan dari Amazon... yg dikirim ke alamat Ompungnya di Bristol dan Ompungnya kirim ke Medan." Aku pun merasa sedih mendengarnya. "Aku akan bicara dgn dia nanti. Aku mau menjelaskan padanya," janji Alexander.
Setelah makan malam, Rachel bertugas mencuci piring, sedangkan aku membereskan meja makan dan Alexander membuat teh. Setelah teh dibuat, Alexander berbaring di sofa merah kami. Diam sebentar. "Rachel, bisa tidak, nanti kalau ada acara tukar-tukaran buku lagi, ketiga buku yg kau pilih tadi kau tukarkan kembali dgn buku-buku yg bermutu?" tanya Alexander. Aku diam. "Emangnya kenapa pak? Bapak tidak suka?" tanya Rachel sambil mencuci piring. "Bapak mengerti bahwa sekarang ini kau masih suka membaca buku2 princess2n dan High School Musical. Tidak ada yg salah. Tapi bapak sedih sekali kau tukarkan buku2mu yg bermutu dgn buku2 spt itu." Aku dan Rachel diam. "Nang, ada dua jenis buku yaitu buku pertama dgn mutu "sampah" dimana sekali-kali kau bs baca, yang dalam beberapa bulan sudah dibuang dan dilupakan orang." Rachel mendengarkan lebih seksama. "Buku satunya adalah buku cerita anak klasik, yg biasanya diwariskan dari orangtua kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya mewariskan kepada anak-anaknya lagi. Terus begitu, dari generasi ke generasi. Misalnya buku Alice In Wonderland, Winnie The Pooh, Wind In The Willows dan buku karangan Tove Jansen MOOMINTROLL-mu itu," kata Alexander lembut tp tegas. Aku mulai melihat penyesalan di muka anak kami.
Tiba-tiba Rachel berjalan kearah bapaknya dan rebah didada bapaknya, menangis, menyesal. Alexander memeluk anaknya dan aku terdiam melihat kedua bapak anak itu berpelukan. SEDIH! Hening, kecuali suara Rachel menangis. "Paaak, aku nyesal tukar buku2ku itu. Aku sayang sama buku2ku..." kata Rachel terus terisak. Kami berdua tahu perasaannya. Bagi Rachel, setiap benda, termasuk buku-bukunya, adalah bagian terpenting dr hidupnya. Ini salah satu akibat dari hidup kami yg berpindah-pindah terus mengikuti tugas bapaknya. Buku MOOMINSUMMER MADNESS & MOOMINMIDWINTER adalah buku yg mengikat kenangan hidup Rachel selama 4 tahun di Medan, SUMUT. Dan kami berdua tahu bahwa dia benar-benar patah hati dgn menukarkan kedua buku itu tadi. Dari pengalaman kami dgn anak kami ini, setiap kami pindah ke tempat baru, kami selalu melibatkan Rachel dalam memutuskan barang2 atau buku2 mana yang Rachel akan berikan ke teman-temannya.
Sebelum pergi tidur, Rachel masih menangis memikirkan kedua buku-bukunya. Dia berjanji akan menukarkan ketiga buku2 itu diacara tukar menukar buku selanjutnya. Sambil melihat muka anakku, aku berkata dalam hati "biarlah kejadian ini menjd pelajaran berharga baginya dan dia harus siap menerima konsekuensi kehilangan buku2nya itu." Kami berdua tdk bs berbuat banyak. Setelah keluar dari kamar tidurnya, Alexander berbisik kpdku bwh dia akan memesan kembali kedua buku itu sbg hadiah ulang tahunnya yg ke-9 di bulan Agustus ini.
Hove, 11 Juni 2009
Grace Siregar
Rachel bercerita bahwa dalam dua hari ini kelasnya dikunjungi oleh dua penulis cerita anak2 Inggris, yaitu; Cathy Watson yg menulis SANDIES IN THE BEACH HUTS dan Gwyneth Rees yg menulis THE MUM HUNT. Rachel bercerita panjang lebar ttg apa-apa saja yang menginspirasi kedua penulis buku tersebut. Aku pun senang mendengarnya. Sangkin kagumnya, Rachel meminta tandatangan kedua penulis itu. "Maak, nanti setelah makan malam aku mau ke perpustakaan untuk meminjam semua buku2 mereka, ya maak?" pinta Rachel. Aku bilang besok saja setelah pulang dari sekolah. Rachel setujuh. Rachel sudah menjadi anggota perpustakaan Hove yg hny berjarak 2 rumah dari apartemen kami.
Ceritapun berlanjut. Tadi siang dia minta tolong agar staf administrasi bs menelpon ke kantor bapaknya. Rachel ingin berbicara serius ttg sesuatu. Sadar bahwa bapaknya pergi rapat ke London, Rachel pun minta ijin untuk bisa menelpon ke hpnya. Aku menyimak jalan cerita Rachel. Biasanya dlm hal urusan sekolah aku selalu dilibatkan. Kali ini tidak. "Maak, tadi ada kegiatan tukar2n buku di sekolah kami. Jadi aku telpon bapak untuk tanya bisa nggak aku ikut. Dan bapak bilang boleh, mak," ungkap anakku senang. Aku tanya buku-buku apa saja dari koleksinya yg dia ikut tukarkan disekolah tadi. "Aku tukarkan bukuku MOOMINSUMMER MADNESS & MOOMINMIDWINTER Tove Jansen, mak," katanya melihat kearahku. Aku bisa melihat ada gerakan gelisah dari matanya, takut aku tdk setujuh dgn pilihannya. "Yaa Tuhaaan, mudah2n Rachel tukarkan buku yg sekualitas buku punyanya," doaku dalam hati. Aku khawatir.
Kami sampai dirumah, terkejut, ternyata Alexander, sudah sampai duluan dirumah. "Hallloooo," sapa Alexander dari ruang tamu. "Sudah pulang rupanya kau, bang," kataku senang. Rachel pun senang melihat bapaknya sudah di rumah. Ternyata rapatnya di London selesai jam duaan, pulang dgn kereta api ke Hove hny memakan waktu 60 menit sj. Rachel langsung membuka tasnya dan menunjukkan ketiga buku yg dia tukarkan tadi ke bapaknya. Aku melihat sebersit rasa kaget di wajah Alexander pada saat melihat buku2 itu, hanya dia menutupi untuk tdk mengecewakan perasaan Rachel yg gembira dgn pilihannya.
Sewaktu Rachel ganti baju seragam di kamarnya, Alexander berbicara ttg betapa kecewa perasaannya melihat kualitas pilihan buku2 Rachel tadi. "Aku tidak mau dia sedih kalau aku bilang bhw kualitas buku2 yg dia ambil tidak sebanding dgn kualitas buku2 miliknya," ungkapnya. "Buku-buku apa saja rupanya yg dia ambil, bang ?" tanyaku. "Ituuu, buku2 princess2n dan buku High School Musical, tdk bermutu sama sekali . Dalam 6 bulan sdh dilupakan orang. Sedangkan buku-buku dia adalah buku cerita anak-anak klasik, yang khusus aku pesan dari Amazon... yg dikirim ke alamat Ompungnya di Bristol dan Ompungnya kirim ke Medan." Aku pun merasa sedih mendengarnya. "Aku akan bicara dgn dia nanti. Aku mau menjelaskan padanya," janji Alexander.
Setelah makan malam, Rachel bertugas mencuci piring, sedangkan aku membereskan meja makan dan Alexander membuat teh. Setelah teh dibuat, Alexander berbaring di sofa merah kami. Diam sebentar. "Rachel, bisa tidak, nanti kalau ada acara tukar-tukaran buku lagi, ketiga buku yg kau pilih tadi kau tukarkan kembali dgn buku-buku yg bermutu?" tanya Alexander. Aku diam. "Emangnya kenapa pak? Bapak tidak suka?" tanya Rachel sambil mencuci piring. "Bapak mengerti bahwa sekarang ini kau masih suka membaca buku2 princess2n dan High School Musical. Tidak ada yg salah. Tapi bapak sedih sekali kau tukarkan buku2mu yg bermutu dgn buku2 spt itu." Aku dan Rachel diam. "Nang, ada dua jenis buku yaitu buku pertama dgn mutu "sampah" dimana sekali-kali kau bs baca, yang dalam beberapa bulan sudah dibuang dan dilupakan orang." Rachel mendengarkan lebih seksama. "Buku satunya adalah buku cerita anak klasik, yg biasanya diwariskan dari orangtua kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya mewariskan kepada anak-anaknya lagi. Terus begitu, dari generasi ke generasi. Misalnya buku Alice In Wonderland, Winnie The Pooh, Wind In The Willows dan buku karangan Tove Jansen MOOMINTROLL-mu itu," kata Alexander lembut tp tegas. Aku mulai melihat penyesalan di muka anak kami.
Tiba-tiba Rachel berjalan kearah bapaknya dan rebah didada bapaknya, menangis, menyesal. Alexander memeluk anaknya dan aku terdiam melihat kedua bapak anak itu berpelukan. SEDIH! Hening, kecuali suara Rachel menangis. "Paaak, aku nyesal tukar buku2ku itu. Aku sayang sama buku2ku..." kata Rachel terus terisak. Kami berdua tahu perasaannya. Bagi Rachel, setiap benda, termasuk buku-bukunya, adalah bagian terpenting dr hidupnya. Ini salah satu akibat dari hidup kami yg berpindah-pindah terus mengikuti tugas bapaknya. Buku MOOMINSUMMER MADNESS & MOOMINMIDWINTER adalah buku yg mengikat kenangan hidup Rachel selama 4 tahun di Medan, SUMUT. Dan kami berdua tahu bahwa dia benar-benar patah hati dgn menukarkan kedua buku itu tadi. Dari pengalaman kami dgn anak kami ini, setiap kami pindah ke tempat baru, kami selalu melibatkan Rachel dalam memutuskan barang2 atau buku2 mana yang Rachel akan berikan ke teman-temannya.
Sebelum pergi tidur, Rachel masih menangis memikirkan kedua buku-bukunya. Dia berjanji akan menukarkan ketiga buku2 itu diacara tukar menukar buku selanjutnya. Sambil melihat muka anakku, aku berkata dalam hati "biarlah kejadian ini menjd pelajaran berharga baginya dan dia harus siap menerima konsekuensi kehilangan buku2nya itu." Kami berdua tdk bs berbuat banyak. Setelah keluar dari kamar tidurnya, Alexander berbisik kpdku bwh dia akan memesan kembali kedua buku itu sbg hadiah ulang tahunnya yg ke-9 di bulan Agustus ini.
Hove, 11 Juni 2009
Grace Siregar
0 Comments:
Post a Comment
<< Home