Tidak Terkabul
Akhir pekan kemarin kami isi dengan kegiatan2 yg menyenangkan. Jumat malam, setelah Rachel tidur kami berdua nonton drama seri Camomile Lawn sampai habis dari Channel 4. Sabtu pagi, Rachel memasak pancake dgn diolesi madu & jeruk untuk sarapan kami berdua ditempat tidur. "Paaak, kalo aku besar nanti, aku ingin punya restoran dan hotel. Jadi bapak & mamak bisa nginap dan makan gratis ditempatku," kata Rachel senang setelah mengantarkan pesanan seteko teh English Breakfast pesanan bapaknya ke kamar kami. "Oooh, mantap kali itu inang," balas bapaknya dengan bangga pula.
Hari itu, aku pergunakan tenaga Rachel untuk membantu aku memasak. Akhir pekan ini kami tinggal seharian dirumah; malas2n, makan, tidur, ngobrol, bermain, baca buku, nonton, makan lagi, tidur lagi, pokoknya tinggal dirumah seharian.
Hari minggu, kami pergi ke gereja St.Andrew. Aku sengaja pakai baju kebayaku, bersarung tenunan bugis, berselendang ulos manik-manik keemas2an dan bersanggul kecil. Aku pikir musim panas ini adalah musim yg tepat untukku berpakaian tradisional tanpa harus pakai jaket dingin yg tebal2 dan berat! Dengan kebayaku, aku juga ingin ikut ambil bagian merayakan musim panas bersama-sama dgn alam yg bercuaca cerah. Pakaian tradisional yg kupakai ini mendapat perhatian dari jemaat lain. Biasanya mereka terbiasa disodorkan dgn pakaian tradisional India atau Afrika, kali ini beda. Terus terang, aku senang!
Menjelang makan malam, setelah puas berjalan2 ke Taman Hove yang besar dan Rachel puas bermain di area mainan anak-anak yg super lengkap dan gratis (pula!) tiba-tiba Rachel minta untuk bisa kepantai melihat festival MIDSUMMER. Festival ini merayaan hari yg paling lama matahari terbit di musim panas ini disetiap tgl 21 Juni, sampai pada hitungan mundur dimana matahari hanya sebentar tinggal pd setiap tgl 21 Desember. Festival pra-Kristen ini banyak pula dihadiri oleh anggota-anggota gereja se Brighton&Hove.
Dalam seminggu ini, Alexander bersemangat mengingatkan kami untuk bisa melihat bentuk festival Midsummer ini. Jadi bersemangatlah anak kami Si Rachel ini untuk hadir ke acara festival itu yg dimulai pkl 20.00 dan selesai pd pukul 24.00. Sebagai informasi, disini, saat musim panas, mataharinya doyan kali tinggal berlama-lama. Gelap dimulai jam 10 malam. Jam 6-8malam masih seperti jam 2 siang waktu Indonesia.
Makan malam selesai dan Rachel langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian Snow White-nya dan bersanggul kecil pink kesayangannya. Karena kekenyangan dicampur dgn rasa capek yang asik dari libur di taman Hove seharian tadi, akhirnya membuat aku mengantuk dan malas pergi. Aku minta supaya Alexander pergi dengan borunya, yg sayangnya, dia malah bilang tidak seru kalau aku tidak ikut. Lha?! Akhirnya kami berdua ogah pergi. Rachel kecewa berat dan menangis sejadi-jadinya, seperti tangis yg ditinggal pergi orangtuanya. Kami pun membiarkannya menangis sepuas-puasnya.
Rachel berhenti menangis, kami berdua menjumpainya yg sedang duduk dgn malasnya dengan muka sedih dan sembab. Menjelaskan padanya bahwa ada kalanya permintaan tidak terkabul dan antara permintaan dan janji tdk bisa bertemu dititik yg diinginkan, dan siapa saja harus siap menerima keadaan itu. "Kau inang, kalau mendengar kau menangis tadi, orang-orang pikir ada salah satu dari kita yg sakit keras atau meninggal, atau kau mengalami trauma yg berat sekali," kata Alexander pada borunya. "Tapi kalau bapak jelaskan pd siapapun bahwa kau menangis begitu menyayat hati hanya karena kau tdk bisa lihat festival, orang2 akan bilang ooooh alangkah bahagianya masa kanak-kanak anak itu," kata Alexander menjelaskan. Kami berdua memeluknya bergantian, walaupun masih bersedih hati, dia mau disuruh gosok gigi dan berganti bajunya untuk tidur. Aku mengabulkan permintaannya untuk menemani Rachel tidur sambil menepuk2 pantatnya, persis sama sewaktu dia masih bayi dulu.
Hove, 22 Juni 2009
Grace Siregar
Hari itu, aku pergunakan tenaga Rachel untuk membantu aku memasak. Akhir pekan ini kami tinggal seharian dirumah; malas2n, makan, tidur, ngobrol, bermain, baca buku, nonton, makan lagi, tidur lagi, pokoknya tinggal dirumah seharian.
Hari minggu, kami pergi ke gereja St.Andrew. Aku sengaja pakai baju kebayaku, bersarung tenunan bugis, berselendang ulos manik-manik keemas2an dan bersanggul kecil. Aku pikir musim panas ini adalah musim yg tepat untukku berpakaian tradisional tanpa harus pakai jaket dingin yg tebal2 dan berat! Dengan kebayaku, aku juga ingin ikut ambil bagian merayakan musim panas bersama-sama dgn alam yg bercuaca cerah. Pakaian tradisional yg kupakai ini mendapat perhatian dari jemaat lain. Biasanya mereka terbiasa disodorkan dgn pakaian tradisional India atau Afrika, kali ini beda. Terus terang, aku senang!
Menjelang makan malam, setelah puas berjalan2 ke Taman Hove yang besar dan Rachel puas bermain di area mainan anak-anak yg super lengkap dan gratis (pula!) tiba-tiba Rachel minta untuk bisa kepantai melihat festival MIDSUMMER. Festival ini merayaan hari yg paling lama matahari terbit di musim panas ini disetiap tgl 21 Juni, sampai pada hitungan mundur dimana matahari hanya sebentar tinggal pd setiap tgl 21 Desember. Festival pra-Kristen ini banyak pula dihadiri oleh anggota-anggota gereja se Brighton&Hove.
Dalam seminggu ini, Alexander bersemangat mengingatkan kami untuk bisa melihat bentuk festival Midsummer ini. Jadi bersemangatlah anak kami Si Rachel ini untuk hadir ke acara festival itu yg dimulai pkl 20.00 dan selesai pd pukul 24.00. Sebagai informasi, disini, saat musim panas, mataharinya doyan kali tinggal berlama-lama. Gelap dimulai jam 10 malam. Jam 6-8malam masih seperti jam 2 siang waktu Indonesia.
Makan malam selesai dan Rachel langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian Snow White-nya dan bersanggul kecil pink kesayangannya. Karena kekenyangan dicampur dgn rasa capek yang asik dari libur di taman Hove seharian tadi, akhirnya membuat aku mengantuk dan malas pergi. Aku minta supaya Alexander pergi dengan borunya, yg sayangnya, dia malah bilang tidak seru kalau aku tidak ikut. Lha?! Akhirnya kami berdua ogah pergi. Rachel kecewa berat dan menangis sejadi-jadinya, seperti tangis yg ditinggal pergi orangtuanya. Kami pun membiarkannya menangis sepuas-puasnya.
Rachel berhenti menangis, kami berdua menjumpainya yg sedang duduk dgn malasnya dengan muka sedih dan sembab. Menjelaskan padanya bahwa ada kalanya permintaan tidak terkabul dan antara permintaan dan janji tdk bisa bertemu dititik yg diinginkan, dan siapa saja harus siap menerima keadaan itu. "Kau inang, kalau mendengar kau menangis tadi, orang-orang pikir ada salah satu dari kita yg sakit keras atau meninggal, atau kau mengalami trauma yg berat sekali," kata Alexander pada borunya. "Tapi kalau bapak jelaskan pd siapapun bahwa kau menangis begitu menyayat hati hanya karena kau tdk bisa lihat festival, orang2 akan bilang ooooh alangkah bahagianya masa kanak-kanak anak itu," kata Alexander menjelaskan. Kami berdua memeluknya bergantian, walaupun masih bersedih hati, dia mau disuruh gosok gigi dan berganti bajunya untuk tidur. Aku mengabulkan permintaannya untuk menemani Rachel tidur sambil menepuk2 pantatnya, persis sama sewaktu dia masih bayi dulu.
Hove, 22 Juni 2009
Grace Siregar
0 Comments:
Post a Comment
<< Home