Thursday, January 13, 2011

Nelson Mandela Untuk Para Pemimpin dan Rakyat Indonesia (A Mandela For Indonesia)

by Grace Siregar on Saturday, 24 July 2010 at 10:32

Pada semester terakhir kelas 5 SD di West Hove Junior School, Rachel dan teman-teman sekelasnya membahas sejarah tentang negara Afrika Selatan dimana tahun ini Africa Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 yang berhasil. Rachel dan teman-teman sekelasnya didampingi oleh guru wali kelasnya Mrs.Abbot membahas Negara Africa Selatan dari segi alam dan kekayaannya, suku-sukunya, budaya-budayanya yang kaya dan berbeda-beda, sistem Apartheid dan perjuangan Nelson Mandela dan kawan-kawan melawan sistim Apartheid di Africa Selatan. Rachel benar-benar masuk kedalam mata pelajaran Africa Selatan dan mencari bahan-bahannya melalui internet dan buku-buku yg dipinjamkannya diperpustakaan yg bersebelahan dengan rumah kami.

Sewaktu kami sedang sarapan pagi barusan, bapaknya bertanya: "Apakah yang kau pelajari tentang Nelson Mandela?" Rachel diam sebentar berpikir. "Nelson Mandela seorang tokoh perdamaian yang membuat Apartheid berhenti," jelasnya dengan singkat.

"Betul. Sewaktu sistem Apartheid masih berlaku di Africa Selatan, masyarakat Africa Selatan keturunan Eropah berkulit putih punya daerah permukiman sendiri, begitu juga dengan masyarakat Africa Selatan berkulit hitam punya wilayah sendiri, masyarakat keturunan India dan keturunan-keturunan Africa Selatan dari hasil kawin campur dan seterusnya punya wilayah sendiri-sendiri. Tidak boleh campur."

"Pak,maak, selain Nelson Mandela ada pejuang yg lain namanya Walter Sisulu, sama dengan Mandela." Tambah ilmu pengetahuan saya :=). "Sewaktu Nelson Mandela keluar dari penjara, apakah Mandela menyuruh perang antara Africa berkulit hitam dan putih?" tanya bapaknya lagi. "Nggak, paak." jawab Rachel. "Kau tahu mengapa tidak?" "Karena Mandela cinta damai tadi," lanjut Rachel.

"Sewaktu Mandela keluar dari penjara, Mandela mengakui semua suku, ras, agama, budaya yang berbeda-beda didalam negaranya. Berbeda dengan Mugabe dari Zimbabwe dimana rakyat Zimbabwe keturunan hitam dimobilisasi untuk berperang dan mengusir rakyat Zimbabwe berkulit putih. Menurut Mandela itu salah. Perang tidak menyelesaikan masalah utk siapa saja. Makanya Afrika Selatan lebih maju dibandingkan dengan negara-negara dari Afrika lainnya. Semua rakyatnya hidup bersama dan bekerja keras membangun Afrika Selatan." Rachel mengiyakan: " Mandela menyebut negaranya Rainbow Nation, paak. Negara Pelangi yang berwarna-warni," kata Rachel menambahkan.

"Trus yg paling diingat adalah saat Mandela hadir di pembukaan pertandingan Rugby dimana dari dulu-dulunya sampai sekarang para pemain Rugby Afrika Selatan hanya dimainkan oleh pemain-pemain Afrika Selatan berkulit Putih. Mandela sampai memakai baju seragam nasional Rugby Springbok. Rakyat Afrika Selatan berkulit putih merasa diakui dan menjadi bagian dari kemajuan Negara Pelangi ini."

Saya terdiam, pikiran saya terarah kepada negaraku Indonesia yang memiliki kemiripan dengan Afrika Selatan baik dari kekayaan alamnya, suku-sukunya, budaya-budayanya dan agamanya yang berbeda-beda, yang memancarkan keunikan-keunikan yang memikat. Indonesia yang akhir-akhir ini mengisi berita dunia oleh kejadian pemboman oleh gerakan-gerakan fundamentalist yg jumlahnya sedikit, kejadian-kejadian tidak toleransi dari sekelompok orang, yang mulai mengganggu keharmonisan berkehidupan masyarakat Indonesia yang terkenal ramah tamah dan berbudi pekerti dari setiap suku-suku yang mendiami pulau-pulau dari ujung Sumatra, Sabang, sampai akhir perbatasan Papua, Marauke.

"Ada nggak maak tokoh Indonesia seperti Mandela?" tanya anak saya Rachel dengan tiba-tiba.

Pertanyaan anak saya ini bukan hanya ditujukan kepada saya saja tetapi juga ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia saat ini.

Hove, 24 Juli 2010

0 Comments:

Post a Comment

<< Home